Translate

Minggu, 07 Juni 2015

DINAMIKA DAN PERAN ILMU MANAJEMEN UNTUK MENGHADAPI “ASEAN ECONOMIC COMUNITY” / Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)


Sabtu, 6 Juni 2015 Pasca Sarjana Program Magister Manajem STIE Sebelas April telah malakukan serangkaian dalam rangka meningkatkan dan bertukar fikiran baik itu dunia Akademisi, profesional. Kegiatan ini menghasilkan beberapa rekomendasi yang dihasilkan untuk sebagai pemikiran bersama kepada semua pihak yang berkepentingan.  Kegiatan dimaksud di kemas berupa kegiatan seminar sehari yang bertujuan sebagai : Penyelenggaraan secara rutin aktivitas Konferensi, Seminar, Simposium, Workshop untuk peningkatan kualitas dalam bidang konsepsi, metode, alat analisis untuk disiplin manajemen, Penyelenggaraan rutin aktivitas evaluasi dan pengembangan kurikulum disiplin ilmu manajemen
Dinamika dan Peran Ilmu Manajemen dipandang perlu untuk menghadapi AEC. Dalam  pemaparan seminar tersebut dihasilkan beberapa rangkuman pernyataan dari Ir. H. Eka Setiawan, Dipl, SE, MM (Wakil Bupati Sumedang), Prof. Dr. H Rully Indrawan, M.Si (Guru Besar Ekonomi) dan Dr. Saefudin Zuhdi, MM (Konsultan Manajemen)

MANAJEMEN PENGELOLAAN Aparatur Sipil Negara Tingkat KABUPATEN
Ir. H. Eka Setiawan, Dipl, SE, MM (Wakil Bupati Sumedang) mengemukakan Aparatur Sipil Negara (ASN) diminta untuk meningkatkan profesionalisme dalam menghadapi pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Beliau menegaskan salah satu hal utama adalah ASN harus menguasai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Bahkan Dr. Dady Selaku Pimpinan Teknis Kepegawaian telah merencanakan selain peningkatan IT pendidikan Bahasa asing diberikan untuk Aparatur Sipil Negara yang ada di Kabupaten Sumedang. Di samping itu, tupoksi yang ada harus pula dikuasai, termasuk pengelolaan keuangan, akuntansi berbasis aktual. Lakukan team work yang baik dan koordinasi penting. Jangan jalan sendiri-sendiri

Teori Pareto dan pada aspek kehidupan dan Kelembagaan
Dr. Saefudin Zuhdi memaparkan tentang, vilfredo Pareto dengan hukum pareto nya lahir di Italia pada 15 Juli 1848 dengan nama Wilfried Fritz Pareto. Pareto merupakan keturunan Italia – Perancis. Beliau merupakan Seorang insinyur teknik sipil yang pada akhirnya menjadi dosen ekonomi dan manajemen (mulai pada 1885), juga ahli pada bidang sosiologi, ilmu politik dan filsafat. Beliau mencoba menerapkan metode matematika dan fisika pada ilmu sosial. Di bidang ilmu ekonomi Pareto memberikan beberapa kontribusi penting, diantaranya mengenai studi distribusi pendapatan dan dalam analis mengenai pilihan individu. Pareto juga dipandang sebagai orang pertama yang mempopulerkan penggunaan istilah Elit dalam analisis sosial.
Beberapa konsultan strategi manajemen memberikan panduan untuk perusahaan perusahaan meraih kesuksesan dengan memanfaatkan hukum pareto 80 – 20 yang pada awalnya memang kita rasa tidak logis.
Rasio ini menggambarkan secara kasar bahwa mayoritas hasil (digambarkan sebagai 80%, meski tidak selalu tepat segitu), didapatkan dari minoritas upaya (sekitar 20%) yang dilakukan. Rasio ini bisa juga berbentuk distribusi 80-10 atau 80-30. Intinya adalah sebagaian besar akibat dihasilkan oleh sebagian kecil penyebab.
Zuhdi mengatakan, teori ini memang bukanlah suatu hukum yang baku, namun hanya sebagai sebuah kemungkinan teori yang bisa diterapkan untuk efektivitas dan efisiensi. Anehnya, dimana-mana memang akan kita temui prinsip ini seakan-akan sudah merupakan suatu hukum alam.

Antisipasi Kebijakan dan Strategi Menghadapi MEA 2015
Profesor Rully memaparkan bahwa MEA ini laksana sepertihalnya kita melakukan SEAGAMES, dimana semua pihak perlu melakukan latihan dan ujicoba terlebih dahulu. Sekilas MEA  2015 : Masyarakat Ekonomi ASEAN bertujuan untuk membentuk ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, sehingga membuat ASEAN lebih dinamis dan menjadi segmen yang lebih kuat dari rantai pasokan global, MEA  yang akan diberlakukan pada Desember 2015, bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan budaya.
Kondisi Indonesia di tengah anggota ASEAN
KEKUATAN :
1)    Indonesia  dengan  jumlah penduduk  237 juta jiwa, merupakan 40% dari total penduduk di Asia Tenggara. Bagi perusahaan di Indonesia, peluang untuk mengambil pasar yang 60% di luar Indonesia itu sangat terbuka.
2)    Kelas Menengah (middle class) Indonesia yang terus meningkat, dari hanya sebesar 37,7% pada 2003, menjadi 56,6% pada 2010 atau mencapai 134 juta jiwa (Bank Dunia). Total PDB Indonesia terbesar di ASEAN dan ke-16 di dunia  (satu-satunya anggota ASEAN yang menjadi anggota G20)
3)    Debt to GDP Ratio (Rasio Hutang terhadap PDB) Indonesia cukup rendah dibanding negara ASEAN lainnya yaitu 24% (2011), sebagai salah satu indikator membaiknya makro-ekonomi. Sebagai ilustrasi, Debt to GDP Ratio Malaysia mencapai 56%.
4)    Peta usia penduduk Indonesia yang cukup muda, sumber daya alam yang besar dan pasar yang besar mampu mendukung produktivitas nasional (Pulling Factor).
KELEMAHAN :
1)    Walaupun makro ekonomi tumbuh dengan baik, namun mikro ekonomi  dan  sektor ril sulit begerak;
2)    Tingginya ketergantungan pada impor.
3)    Kegiatan ekonomi didominasi oleh UMKM (>90%) dengan regulasi yang kurang berfihak;
4)    Kemiskinan menurun walau kurang seimbang dengan anggaran yang dikeluarakan;
5)    Gini indeks berada pada posisi yang buruk dalam lima puluh tahun terakhir ini;
6)    Kurang lebih 360 jenis produk kita rontok dari saat mulai diberlakukannya ACFTA tahun  2010. Mandegnya sektor ril di dalam negeri, menyebabkan berubahnya struktur pekerjaan masyarakat dari kegiatan produksi ke jasa perdagangan;
PELUANG
1)    Pasar ASEAN sebesar 600 juta, dengan jumlah kelas menengah yang semakin meningkat. Menurut catatan Asian Development Bank (ADB), kelas-menengah ASEAN berjumlah 24% pada 2010 akan meningkat menjadi  65% pada 2030.
2)    Kebijakan makro ekonomi dan kondisi yang kondusif di ASEAN telah meningkatkan peluang masuknya investasi (FDI) dari luar kawasan. Sejak 2007 hingga 2010, investasi yang masuk ke ASEAN dari luar kawasan meningkat sebesar 75% (Sumber: BKPM).
3)    Masih terbukanya perdagangan intra-ASEAN, keadaannya cenderung meningkat, walau porsinya masih relatif kecil (25%).  Sebagai ilustrasi, perdagangan intra NAFTA 50%, sedangkan EU mencapai 70%.
4)    Potensi pengembangan industri nasional dan mendorong Indonesia sebagai production base di kawasan dengan ditopang pasar domestik yang besar, penduduk usia muda/produktif, investasi yang meningkat dan sumber daya alam yang besar.
5)    Total Wisatawan intra-ASEAN dalam setahun mencapai  lebih dari 76 juta (Sumber: WEF 2012).  Posisi Indonesia masih dibawah Malaysia, Thailand, Singapura.
1.    Kebijakan Menghadapi MEA 2015, Potensi  UKM :
1)    Tahun 2014 terdapat 48.997 usaha menengah, 629.418 usaha kecil, dan 55,8 juta unit usaha mikro. Dengan pertumbuhan sebesar 2,41%
2)    UMKM menyumbang 57,94% produk domestik bruto (PDB) atau senilai Rp4.303 triliun. Dan menyerap hingga 110,8 juta tenaga kerja.
3)    Dengan perkiraan sekitar 50 juta UMKM di Indonesia, berarti penambahan 1 tenaga kerja dalam setiap unit saja sudah berarti sekitar 50 juta lapangan kerja baru.
4)    Baru sekitar 20% UMKM yang mengakses pembiayaan, selebihnya mengandalkan pinjaman individu dan rentenir.
MASALAH PENGEMBANGAN UMKM :
1)    Persaingan yang makin tajam, termasuk dalam memperoleh sumber daya usaha;
2)    Menjaga dan meningkatkan daya saing UMKM sebagai industri kreatif  dan inovatif, masih menghadapi tantangan struktural;
3)    Meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar sesuai ketentuan ASEAN (Misal ISO-26000) kerap masih kendala internal dan eksternal;
4)    Mutu pendidikan yang belum menopang lahirnya entrepreueur yang tangguh;
5)    Skim pembiayaan  dan regulasi pada umumnya belum berpihak;
6)    Masih tingginya suku bunga, biaya infra struktur, dan birokrasi.
PARADOKS KEBIJAKAN :
99,97% pelaku usaha nasional; 97% penyerapan tenaga kerja nasional; 60% penyumbang PDB; Katup pengaman saat krisis ekonomi. Yang perlu diperhatikan : Pembiayaan, Perijinan, Infrastruktur, Pasar, Akses Informasi.
Ø  Data The Global Competitiveness Report 2013-2014 menyebutkan,  faktor yang paling bermasalah untuk melakukan bisnis di Indonesia adalah korupsi, birokrasi pemerintah yang tidak efisien dan lemahnya infrastruktur.
Ø  Faktor negatif  lainnya Indonesia, adalah  berupa penyuapan (urutan 106) dan penjaminan keamanan bagi masyarakat (urutan 104).
·         Social Entrepreunership adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan Entreprenuership untuk melakukan perubahan sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan, dan kesehatan (healtcare).
Strategi Bisnis Menghadapi MEA 2015 :
1)    Koperasi dapat berperan sebagai aggregator melalui  kesepakatan bisnis bersama untuk  menawarkan produknya dari sentra-sentra produksi yang dibentuk oleh anggotanya kepada pada target pasar di sentra konsumen yang sudah link dengan komunitas bisnis aggregator, dengan pendekatan B2C, B2B maupun B2G
Ø  Sunkist grower di  California. Ke dalam koperasi merupakan kerjasama di antara petani kecil yang mengalami kesulitan pasar. Tapi mereka bekerja di pasar bebas dan berhasil menjadi sebuah koperasi multi-nasional yang produknya dikenal akrab di Indonsia.
Ø  Monragon Corporation, Spanyol,   adalah koperasi pekerja yang berkembang di propinsi Basque dengan latar belakang gereja Katholik yang kuat. Dengan kerjasama internal yang kuat, koperasi ini berkembang menjadi perusahaan multinasional yang cabangnya beroperasi di AS dan Cina.
Ø  Koperasi Associate Press yang beranggotakan 1500 perusahaan surat kabar harian di AS dengan 263 cabang di 97 negara di dunia,
Ø  Koperasi Zen Noh di Jepang dengan omzet   US4 63.449 milyar yang melayani 3.000 rumah tangga petani di Jepang saja.
2)    Blue Ocean Strategy :
Kreativitas, Keunikan, Komunikasi, Kepercayaan, dapat menghasilkan VALUE INNOVATION
3)    Relationship Marketing Strategy
Relationship Marketing, proses penciptaan, pemeliharaan dan penguatan hubungan yang kuat dan penuh nilai dengan pelanggan dan pemercaya lainnya. Relationship marketing tidak saja hubungan pemasaran yang terjalin antara perusahaan dan pelanggannya tapi juga terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan terkait dengan bisnis perusahaan antar pemasok (supplier), agen, mitra dan sebagainya, Kotler (2003)

Rekomendasi selama melakukan diskusi ini akan memberikan kontribesar terhadap Dinamika dan Ilmu Manajemen, sebagai daya ungkit menuju peningkatan antisipasi kesejahteraan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar